Jurusan Bahasa, Politeknik Negeri Bengkalis (Polbeng) kedatangan tamu dari luar negeri. Tamu dimaksud adalah Eksekutif Direktur beserta staf Mangrove Action Project (MAP), sebuah Lembaga non-profit yang berbasis di Seatle, Amerika Serikat yang bergerak dibidang konservasi dan restorasi mangrove dunia. Adapun kedatangan tim ini ke Kota Bengkalis adalah dalam rangka memberikan workshop tentang metode restorasi ekologi mangrove berbasis masyarakat atau yang mereka sebut dengan CBEMR (Community-Based Ecological Mangrove Restoration).
Disela kegiatan workshop mereka di Kota Terubuk, hadir ke Polbeng Direktur Eksekutif MAP, Dominic Wodehouse, P.hD, Manajer Program, Laura Michie, P.hD, , serta Direktur Kreatif & Fotografer mereka, Leo Thom yang berkantor di London, Inggris. Di Bengkalis sendiri kegiatan ini diwadahi oleh LSM Bahtera Melayu, Lembaga Swadaya Masyarakat yang memang sudah lama terlibat dengan kegiatan-kegiatan restorasi mangrove khususnya di Pulau Bengkalis.
Selama di Bengkalis, tim MAP ini didampingi oleh tiga orang Interpreter (Penerjemah Langsung) dari Jurusan Bahasa, Polbeng sendiri yaitu, Halim Dwi Putra, M.AB, Arita Destianingsih, M.Pd dan Agnes Arum Budiana, M.Pd.
Kegiatan yang belangsung mulai pukul 09.00 WIB tersebut dihadiri oleh Ketua Jurusan Bahasa, Diah Paramita Sari, M.Pd, para dosen dan tendik serta seluruh mahasiswa Jurusan Bahasa. Namun, sebelum itu rombongan tamu dari luar negeri tersebut terlebih dahulu bertemu dengan pimpinan Polbeng yang diwakili oleh Wakil Direktur Bidang Akademik, Armada, ST.,MT.
Meskipun kegiatan tersebut diberi tema “Meet Up with the Native Speakers†atau ,Bertemu dengan Penutur Asli (Bahasa Inggris)’, namun tim dari MAP tetap menyampaikan paparan mengenai pelestarian dan keberlangsungan lingkungan, khususnya terkait ekologi mangrove. Seperti disampaikan oleh Ketua Jurusan Bahasa dalam wawancaranya bahwa, “Kami ingin memberikan pengalaman pada mahasiswa untuk berinteraksi dan berbicara langsung dengan penutur asli Bahasa Inggris, disamping juga mahasiswa kami mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya ekologi mangroveâ€.
Meskipun agak malu-malu pada awalnya, audien kemudian menjadi sangat antusias dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar mangrove. Bagi para mahasiswa, ini merupakan momen langka dimana mereka bisa bertemu dan berbicara langsung dengan penutur asli (native speaker) Bahasa Inggris. Seperti yang dituturkan salah seorang mahasiswa Program Studi D4 BISPRO, Wahyu, “Jarang kami dapat bertemu orang asing di Bengkalis. Jadi ini betul-betul kesempatan langka bagi kamiâ€. Pada kesempatan yang lain, Grace Sitinjak, mahasiswa Program Studi D3 Bahasa Inggris juga mengatakan, “Ya…Saya senang sekali bisa praktek berbicara Bahasa Inggris langsung dengan bule (orang luar negeri), dan kami juga jadi tau banyak tentang mangroveâ€.
Acara tersebut berakhir sekitar pukul 11.00 WIB dan ditutup dengan foto bersama serta jamuan makanan tradisional Bengkalis di Ruang Dosen Jurusan Bahasa, Polbeng.